Kamis, 02 Juli 2015

Strong Kid

Pagi hari ini saya dibuat terkagum-kagum oleh kakak saya yang menasihati adik sepupu yang cuma diam dirumah saja (bengong) tanpa melakukan pekerjaan apapun ketika semua anggota keluarga sedang sibuk-sibuknya membersihkan rumah. Kurang lebih kalimatnya seperti ini
"Kenapa kerjaannya cuma diam aja? ini rumah dititipkan sama kita untuk dihuni. Memang kita bisa melakukan semuanya sesuka hati disini, tapi juga kan kita punya tanggungjawab untuk merawat rumah ini. Setidaknya bantu-bantu saya sedikit kek untuk membersihkan, dan jangan diam saja. Karena kalau misalnya disini sudah tidak bisa kerja apa-apa, bakalan sulit itu menjalani aktivitasmu kelak di pesantren."
Jadi ceritanya adik sepupu saya ini akan bersekolah di pesantren mulai tanggal 24 Juli.
"Mungkin adek ngerasa kalau adek banyak dijahatin disini, seperti 'kenapa saya dimarah-marahi?', atau 'kenapa saya selalu dinasehati?' dan sebagainya. Tapi adek harus ingat kalau kita ini anak laki-laki, tidak seperti anak perempuan yang dibesarkan dengan kelembutan, kita anak laki-laki mau tidak mau harus dididik dengan banyak tekanan dan paksaan"
Kalimat terakhir itulah yang membuat saya tersentak dan mulai berpikir, "dididik dengan banyak tekanan dan paksaan"

Pada dasarnya, memang anak laki-laki tidak dididik dengan kelembutan. Saya masih teringat ketika masih kecil, saya memiliki cara belajar yang bisa dibilang agak ekstrim. Di jaman SD dulu, saya punya kebiasaan 'salah menulis', dimana beberapa huruf biasa saya tulis terbalik, seperti keterbalikan huruf a, angka 4, 5, kemudian keterbalikan antara huruf b dengan d, p dengan q , angka 3 dengan huruf hijaiyah ai'n dan masih banyak lagi. Untuk menanggung masalah tersebut, saya diwajibkan untuk belajar menulis di rumah selama 2 jam, dimana jam belajarnya digabung dengan pembelajaran menulis tegak bersambung, dan dilarang bermain jika pelajaran menulis itu belum selesai. Boro-boro mau main, selepas belajar badan saya terasa lemas, ujungnya malah tidur.
Hal yang lainnya adalah mengenai nilai tugas dan ulangan. Ayah saya membuat perjanjian sepihak kepada saya dimana jika ada satu saja nilai yang saya dapat di sekolah dengan nilai dibawah 7 (skala 10), maka saya dilarang untuk bermain selama seharian (bahkan dilarang untuk menonton televisi). Jadi, hal yang menjadi mimpi buruk bagi saya jika mendapat nilai yang buruk,,hehehe
Nah, meskipun aturan aturan itu terasa berat dan menyiksa ujung-ujungnya saya bisa menjalaninya, dan alhamdulillah banyaknya hari yang harus saya habiskan karena nilai saya yang buruk ternyata bisa dihitung dengan jari.
Kesimpulannya, ketika seorang anak laki-laki diberi banyak tekanan dari orang disekitarnya, anak tersebut pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengatasi masalahnya. Pemberian tekanan sebenarnya akan memberikan pelajaran kepada sang anak tentang kedewasaan, kemandirian, kedisiplinan dan berpikir secara lebih verbal dan terbuka. Tekanan akan membuat seorang anak untuk terus maju dan melangkah, karena sebenarnya seorang anak laki-laki itu suka dengan yang namanya 'tantangan'..

"Jadilah seorang anak lelaki layaknya sebatang besi, yang semakin dibakar, yang semakin ditempa akan menjadi besi yang lebih baik"

Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

Up ↑

Desain oleh Anders Noren | Diberdayakan oleh Blogger | M.A